Selasa, 16 Juni 2009

Budaya Minum Teh

Cara menyeduh dan menikmati teh memang tak sama di setiap wilayah. Untuk itu, ada baiknya Anda simak penjelasan seputar budaya minum teh yang menarik berikut ini.

Seorang ahli teh dari Dinasti Tang di Tiongkok, Lu Yu (Riku U) pernah menulis buku berjudul Ch'a Ching atau Classic of Tea. Buku ini merupakan ensiklopedia mengenai sejarah teh, cara menanam teh, sejarah minum teh, serta cara membuat dan menikmati teh.

Minum teh memang telah menjadi semacam ritual di kalangan masyarakat Tionghoa. Di Cina, budaya minum teh dikenal sejak 3 ribu tahun sebelum Masehi, yaitu sejak pada zaman Kaisar Shen Nung berkuasa. Bahkan, berlanjut di Jepang sejak masa Kamakaru (1192 - 1333) oleh pengikut Zen.

Tujuan minum teh adalah agar mendapatkan kesegaran tubuh selama meditasi yang dapat memakan waktu berjam-jam. Pada akhirnya, tradisi minum teh menjadi bagian dari upacara ritual Zen. Upacara minum teh menjadi ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu.

Pada zaman itu upacara ini disebut cha no yu. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus yang disebut chashitsu.

Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam menyiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu, seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang. Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tetapi sebagai seni dalam arti luas.

Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh, dan cara meletakkan benda seni dalam ruangan khusus, serta berbagai pengetahuan seni yang bergantung kepada aliran upacara minum teh yang dianut.

Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh, dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.

Umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchado, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchado.

Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut ocha (teh). Istilah ocha no keiko dapat berarti belajar mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh.

Sedangkan di Korea, tradisi minum teh diperkenalkan dari Cina sejak lebih dari 2 ribu tahun lalu. Teh digunakan dalam upacara-upacara persembahan. Bentuk kebudayaan teh bangsa Korea ada dalam upacara teh Korea yang disebut Dado.

Tips Menyimpan Teh
1. Simpan di wadah kering dan tertutup. Hindari dari sinar matahari langsung, karena akan akan mempengaruhi kualitasnya.
2. Jangan taruh teh di dalam lemari es, karena wadahnya akan berembun yang dapat membuat teh berjamur. Juga dapat membuat teh terkontaminasi dengan bau makanan lainnya.
3. Beli teh sesuai kebutuhan, karena teh yang sudah dibuka hanya tahan selama 1 bulan, setelah itu harum teh akan hilang.
4. Teh tidak memerlukan suhu yang tinggi dalam menyeduhnya. Setelah air mendidih, angkat lalu diamkan 3 menit. Masukkan tehnya lalu diamkan 5 menit. Jangan lebih dari 5 menit, karena zat tannin akan keluar dan menyebabkan teh menjadi pahit.
5. Teh sebaiknya diseduh dalam teko keramik atau tanah seperti teko untuk teh poci. Keramik adalah penghantar panas yang buruk, maka sangat sesuai digunakan untuk menyeduh teh agar rasa dan aromanya dapat dinikmati secara optimal.

Khasiat Teh
Teh juga sering dikaitkan dengan kegunaannya untuk kesehatan. Teh hijau dan teh pu-erh sering digunakan untuk berdiet dan melangsingkan badan. Orang juga sering menghubung-hubungkan teh dengan keseimbangan yin yang.

Teh hijau cenderung yin, teh hitam cenderung yang, sedangkan teh oolong dianggap seimbang. Teh pu-erh yang berwarna coklat dianggap mengandung energi dan sering dicampur bunga seruni yang memiliki energi yin agar seimbang.

Meski saat itu belum bisa dibuktikan khasiat teh secara ilmiah, namun masyarakat Tionghoa sudah meyakini teh dapat menetralisasi kadar lemak dalam darah, setelah mengonsumsi makanan yang mengandung lemak.

Mereka juga percaya, minum teh dapat melancarkan buang air seni, menghambat diare, dan sederet kegunaan lainnya. Setelah 5 ribu tahun kemudian, konsumsi dan produksi teh terus meningkat, dan sekitar tiga juta ton teh dipanen di seluruh dunia setiap tahunnya.

Aneka Kemasan Teh
Banyak teh dapat dijumpai di pasar atau toko swalayan dengan aneka kemasan, antara lain:
1. Teh Celup
Teh dikemas dalam kantung kecil yang biasanya dibuat dari kertas. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh.
2. Teh Seduh
Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari kertas atau plastik. Takaran teh dapat diatur sesuai selera. Saringan teh dipakai agar teh yang terapung tak ikut terminum. Namun, cara ini sering dianggap tak praktis oleh para pencinta teh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh saat menuang teh ke cangkir teh.
3. Teh Pres
Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan, contohnya teh pu erh, dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit saat akan diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan lebih lama dibandingkan daun teh biasa.
4. Teh Stik
Teh dikemas dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil sebagai saringan teh saat akan diseduh.
5. Teh Instan
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada 1930-an, tetapi tidak diproduksi hingga akhir 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan atau dicampur susu bubuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar